Kembalikan Mutis Timau Sebagai Cagar Alam!
Kefamenanu, britaduatiga.com – Minta Kembalikan Mutis Timau Sebagai Cagar Alam – Sore hari ini, kabar yang ramai tersebar di berbagai kanal sosial media menarik perhatian kita semua. Masyarakat Timor Tengah Utara (TTU), diiringi suara mahasiswa dan tokoh adat, bersatu meminta pemerintah untuk kembalikan Mutis Timau sebagai Cagar Alam. Mereka menegaskan penolakan tegas atas rencana perubahan status Gunung Mutis yang dicanangkan pemerintah pusat.
Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang membuat suara rakyat TTU ini begitu menggema hingga merangkul semua lapisan masyarakat? Mari kita telusuri lebih dalam keresahan yang kini jadi sorotan.
Mengapa Status Cagar Alam Mutis Timau Dipertahankan?
Penolakan tegas atas perubahan status Mutis Timau menjadi Taman Nasional disampaikan langsung oleh Plt. Bupati TTU, Eusabius Binsasi. Dalam pernyataannya, Eusabius menegaskan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten TTU berpegang teguh mempertahankan status Cagar Alam Mutis. Menurutnya, perubahan status ini memiliki dampak yang signifikan terhadap kelangsungan hidup masyarakat setempat.
“Kami telah melakukan pembahasan mendalam dengan berbagai pihak dan menyusun alasan-alasan konkret untuk menolak SK perubahan status ini,” tegas Eusabius.
Pemerintah Daerah TTU bahkan membentuk tim khusus yang akan mengkaji dampak perubahan status tersebut, kemudian mengirim hasil kajian ini kepada Kementerian Lingkungan Hidup sebagai dasar penolakan resmi.
Tujuh Fraksi Sepakat Menolak Perubahan Status
Tidak hanya pemerintah daerah, DPRD TTU pun berdiri bersama rakyat dengan suara bulat. Ketegasan mereka ditunjukkan melalui seluruh fraksi yang ada di DPRD TTU, semuanya sepakat menolak perubahan status Mutis Timau menjadi Taman Nasional.
Ketua DPRD TTU, Kristoforus Efi, menyampaikan bahwa sikap tersebut diambil untuk memastikan suara masyarakat TTU yang merasa keberatan mendapat perhatian serius. “Kami berada di sisi masyarakat. Sikap ini mencerminkan harapan rakyat TTU untuk menjaga keutuhan Cagar Alam Mutis Timau,” ujar Kristoforus dalam pidatonya.
Ribuan Mahasiswa dan Warga Bersatu Menolak Perubahan Status
Ribuan mahasiswa dan warga TTU pun ikut turun ke jalan, melangsungkan aksi protes di depan Kantor DPRD TTU pada 7 November 2024. Aksi yang dimulai pukul 12:00 WITA ini menyuarakan ketidakpuasan mereka atas kurangnya transparansi dan minimnya sosialisasi terkait perubahan status yang menyangkut hajat hidup masyarakat sekitar Gunung Mutis.
Untuk menjaga ketertiban aksi, Polres TTU menurunkan sekitar 100 personel di lokasi demonstrasi. Massa aksi menuntut pembatalan proses peralihan status dan menyerukan kembalikan Mutis Timau sebagai Cagar Alam.
GMKI Kefamenanu, Tegas Menolak Peralihan Status
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Kefamenanu turut menguatkan suara penolakan ini. GMKI Kefamenanu mengeluarkan pernyataan tegas untuk mendukung aspirasi masyarakat, mendesak agar status Mutis Timau tetap sebagai Cagar Alam. Dalam konferensi pers pada 31 Oktober 2024, Ketua Cabang GMKI Kefamenanu, Defri N. Sae, menyebutkan bahwa peralihan status ini membuka peluang bagi pihak luar untuk mengeksploitasi area tersebut.
“Kami khawatir ini akan merusak flora dan fauna yang dilindungi, mencemari air bersih, serta mengancam situs sejarah dan budaya setempat,” ujar Defri.
Defri juga menambahkan bahwa perubahan ini mengejutkan masyarakat adat karena mereka sama sekali tidak dilibatkan dalam proses penetapannya. Ia menegaskan bahwa dukungan rakyat terhadap kembalikan Mutis Timau sebagai Cagar Alam adalah bentuk aspirasi yang sepatutnya diperhatikan.
Pelestarian Ekosistem dan Kesejahteraan Rakyat
Penolakan ini bukanlah sekadar tuntutan biasa. Ini adalah suara dari masyarakat yang peduli akan kelangsungan hidup mereka serta keberlanjutan ekosistem di kawasan tersebut. Melalui berbagai pihak, baik DPRD, pemerintah daerah, maupun aliansi mahasiswa, masyarakat TTU berharap Mutis Timau dapat tetap menjadi kawasan Cagar Alam yang lestari dan dilindungi.
Suara mereka bukan hanya sekedar aspirasi—ini adalah bentuk cinta yang mendalam pada lingkungan yang menjadi sumber kehidupan. Semoga suara rakyat TTU ini menginspirasi kita semua untuk menjaga alam dan menghargai warisan yang mereka perjuangkan.
Kesan dan Ajakan
Begitulah, suara rakyat TTU yang menggema bak angin senja di puncak Mutis, penuh harap dan cinta pada alam yang telah menghidupi mereka. Di setiap langkah dan teriakan, terpancar pesan mendalam: mereka ingin Mutis Timau tetap menjadi benteng kehidupan, rumah bagi flora, fauna, dan kebudayaan setempat. Mari kita bersama menjaga apa yang tersisa, mendukung harapan mereka yang tulus untuk mempertahankan Cagar Alam ini. Semoga langkah kita hari ini menjadi jejak bagi generasi esok, mengajarkan bahwa alam bukan sekadar warisan, melainkan titipan yang harus kita jaga bersama. Amin..(yb/bdt)**
Source : berbagai sumber media daerah