britaduatiga.com – Dari Cuan ke Penjara Bos – Kejanggalan Sritex: Dari Cuan ke Penjara Bos membuat alis mengernyit dan dahi berkeringat saat mentari pagi baru menyapa. Tidak, kisah di balik tirai sutra ini bukan tentang bisnis tekstil biasa; itu tentang angka-angka yang akhirnya menjadi jerat hukum. Apa sebenarnya yang terjadi di antara ruang tahanan dan pabrik benang?
Apa yang Terjadi?
Kisah ini tidak biasa tentang pabrik tekstil terbesar di Asia Tenggara. Ini tentang PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), sebuah perusahaan besar yang dulunya terkenal karena ekspor seragam militer dan tekstil ke berbagai negara di dunia, sekarang terjebak dalam kasus hukum yang merusak reputasinya.

Masalah ini bermula dari dugaan pelanggaran dalam pemberian kredit oleh beberapa bank, termasuk bank milik negara (BUMN) dan bank daerah. Sritex saat itu dipimpin oleh Iwan Setiawan Lukminto, seorang veteran industri tekstil yang menjabat sebagai Direktur Utama Sritex dari 2014 hingga 2023 sebelum digantikan oleh adiknya.
Kejaksaan Agung, melalui divisi Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus), menemukan bahwa ada unsur-unsur yang tidak menyenangkan dalam proses pencairan kredit tersebut. Mereka mengklaim bahwa terjadi pelanggaran prosedur dan manipulasi data selama proses pengajuan kredit, yang seharusnya diawasi oleh peraturan ketat.
Selama penyidikan berlangsung, Iwan dipanggil untuk dimintai keterangan, tetapi sayangnya, dia tidak menanggapi panggilan itu. Karena khawatir akan kemungkinan Iwan melarikan diri atau menghilangkan barang bukti, tim penyidik kemudian segera melacak ponsel Iwan. Pada akhirnya, ia ditahan di Solo dan kemudian dibawa langsung ke Jakarta.
Hasil penyidikan awal menunjukkan bahwa dugaan pelanggaran tersebut menyebabkan kerugian negara sebesar Rp692 miliar, yang seharusnya digunakan untuk pembangunan, layanan publik, atau pemberdayaan ekonomi. Namun, uang tersebut diduga telah bocor melalui celah korupsi.
Semuanya menjadi lebih rumit karena, meskipun Sritex adalah perusahaan swasta, dananya berasal dari bank pelat merah, yang biasanya menjaga dana publik. Akibatnya, kasus ini secara hukum masuk ke ranah tindak pidana korupsi.
Kapan dan Di Mana Aksinya?

Kejaksaan Agung mulai menyelidiki bukti kejanggalan pada Mei 2025. Lokasi tahanan? Jalan Enggano, Solo, Jawa Tengah, Indonesia Iwan segera dibawa ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan menyeluruh setelah ditangkap.
Kasus ini melibatkan jaringan Bank DKI Jakarta dan Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten (BJB), serta beberapa bank swasta yang turut memberikan dana.
Siapa yang Terlibat?
Selain Iwan, dua tokoh penting lainnya juga ikut terseret:
Zainuddin Mappa – Eks Direktur Utama Bank DKI (2020)
Dicky Syahbandinata – Eks Pimpinan Divisi Komersial dan Korporasi Bank BJB
Ketiganya sekarang resmi dianggap tersangka. Mereka diduga mengubah peraturan kredit untuk keuntungan pribadi, menyebabkan kerugian besar bagi negara.
Kenapa Bisa Terjadi?
Kasus ini melibatkan kepercayaan publik yang dikhianati, bukan hanya kredit. Padahal, fasilitas kredit disediakan oleh bank pelat merah, yang biasanya memanfaatkan dana rakyat. Oleh karena itu, dana yang “bermain” masih berasal dari kantong negara, meskipun Sritex adalah perusahaan swasta.
Menurut undang-undang keuangan negara, keuangan daerah merupakan bagian dari keuangan negara. Oleh karena itu, siapa pun yang mengambil keuntungan darinya dengan cara yang melanggar hukum harus siap untuk dijerat dengan pasal korupsi.
Bagaimana Modusnya?
Pemberian kredit tanpa proses hukum adalah modus operandi yang sederhana tetapi brutal. Mengembalikannya tidak dilakukan dengan niat baik, dan proses pencairannya diduga penuh dengan pelanggaran. Terdapat dua puluh bank, baik milik negara maupun swasta, yang terlibat dalam memberikan kredit ke Sritex. Ironisnya, tidak semua transaksi diaudit secara menyeluruh atau transparan.
Cuan Cepat, Masuk Jerat

Kasus ini memberikan peringatan yang kuat bagi pelaku bisnis dan bank bahwa penggunaan uang negara sangat penting. Hukum datang dengan cepat ketika nafsu egois mengalahkan moralitas. Dari ruang interogasi hingga ruang direksi, semuanya tentang waktu.
Pesan Edukasi:
Integritas adalah investasi terbaik untuk semua orang, baik pebisnis, pelajar, atau anggota masyarakat umum. Tidak ada salahnya mengejar keuntungan, tetapi jangan sampai mengorbankan moralitas untuk keuntungan finansial.
CTA:
Jangan ragu untuk menyebarkan informasi ini agar lebih banyak orang memahami hukum dan berhati-hati saat mengelola keuangan mereka. Jangan gunakan nama terkenal sebagai alasan untuk mengakali kebenaran.
“Meskipun uang mungkin milik hari ini, kebenaran pasti milik besok.” – (bd)**