britaduatiga.com – Ketika siang merangkak senja, tiga kabar mencuat dari Timur Indonesia—ada haru yang sunyi, ada tubuh tak lagi bernyawa, dan ada kisah pilu tentang manusia yang kehilangan nurani. Inilah serpihan realita yang menyentuh nurani, menyisakan jejak tanya dan duka mendalam: Duka Prabowo buat Uskup Turang, Temuan Mayat Unwira, Keji Bayi SBD Terbuang.
Duka Menyelimuti Prabowo atas Kepergian Uskup Turang
Siapa sosok yang dikenang Prabowo?

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menundukkan kepala dalam hening duka di hadapan jenazah Mgr. Petrus Turang, Uskup Emeritus Keuskupan Agung Kupang. Jumat sore (4/4), suasana Gereja Katedral Jakarta dipenuhi keheningan penuh makna.
Apa yang dilakukan Prabowo di Katedral?
Dalam balutan kesederhanaan, Prabowo hadir sekitar pukul 15.38 WIB, meluangkan waktu selama sepuluh menit untuk memberikan penghormatan terakhir. Ia datang bukan sekadar sebagai presiden, tetapi sebagai sahabat dan keluarga yang mengenal sosok mendiang secara pribadi.
“Beliau orang baik, penuh ketulusan. Hidupnya diabdikan untuk rakyat kecil,” ucap Prabowo, mengenang sang uskup dengan mata berkaca-kaca.
Mengapa kepergian Uskup Turang menggugah hati?
Karena di balik jubah spiritualnya, Mgr. Petrus Turang adalah pelita bagi kaum kecil. Kepergiannya meninggalkan duka tak hanya bagi umat Katolik, namun juga bagi pemimpin negeri.
Misteri Temuan Mayat Mahasiswa Unwira
Siapa korban yang ditemukan di gerbang kampus?
Namanya Hendirikson Atamalay, mahasiswa semester empat jurusan Teknik Arsitektur di Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang. Ia berasal dari Pailelang, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor.
Apa yang terjadi malam itu?

Malam Jumat (4/4) pukul 21.00 WITA, tubuh Hendirikson ditemukan tak bernyawa di depan gerbang kampusnya. Tak ada saksi mata yang tahu pasti awal mula kejadian. Ia pergi dalam diam, meninggalkan tanda tanya dan duka yang membekas.
Mengapa kejadian ini begitu mengejutkan?
Karena ia bukan hanya mahasiswa. Ia adalah harapan keluarga, calon arsitek masa depan. Kini jenazahnya telah dievakuasi ke RS Bhayangkara, sementara aparat masih menelusuri sebab kepergian tragisnya. Dugaan sementara mengarah pada tindakan mengakhiri hidup, namun penyelidikan masih berlangsung.
Keji Bayi SBD Terbuang
Apa yang ditemukan warga Desa Tanjung Karoso?

Di sebuah sudut sunyi wilayah Iru Kawango, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, seorang warga bernama Dominggus Dengi Gheru menemukan pemandangan yang mengguncang jiwa: seekor anjing sedang memakan sesosok bayi di dekat rumah Kepala Dusun, Kornelis Ndara Kali.
Kapan dan bagaimana peristiwa itu terungkap?
Saat senja hampir berlalu, tubuh kecil tak bernyawa itu terlihat sudah tidak utuh, sebelah kakinya hilang. Warga berkumpul, polisi datang, dan dunia mendadak terasa sangat sunyi. Tidak ada identitas. Tidak ada nama. Hanya tubuh mungil yang tak sempat menyapa dunia.
Apa langkah yang diambil pihak berwenang?
Pihak Kepolisian Resor Sumba Barat Daya langsung bertindak. Sat Reskrim bersama Kapolsek Bondo Kodi bergerak cepat, melakukan penyelidikan. Jenazah bayi malang itu kini berada di RSU Reda Mbolo untuk proses medis lebih lanjut. Hingga kini, pelaku masih misterius. Tapi satu hal pasti: ada kemanusiaan yang terluka.
Antara Duka, Doa, dan Harapan
Tiga cerita. Tiga jiwa. Tiga realita dari wajah Indonesia hari ini.
Dari penghormatan Prabowo untuk seorang gembala umat, kepergian seorang mahasiswa penuh potensi, hingga bayi mungil yang menjadi korban kebiadaban dunia dewasa.
Kita diingatkan bahwa hidup adalah anugerah yang tak boleh disia-siakan. Bahwa dalam setiap duka, selalu ada peluang untuk menjadi lebih peduli, lebih mencinta, dan lebih berani bersuara untuk sesama.
Mari jadi bagian dari perubahan. Peduli, bertindak, dan doakan mereka yang telah pergi.
“Sesakit apapun kenyataan, hidup tetap layak diperjuangkan. Karena harapan selalu lahir dari luka yang paling dalam.” – (bd)**