Daftar Isi
ToggleKematian Mendadak di Pulau Dewata, Pemuda Sumba Dikeroyok
britaduatiga.com – Kematian Mendadak di Pulau Dewata, Pemuda Sumba Dikeroyok, Sukasdi Terbakar – Pagi yang cerah di Pulau Dewata tiba-tiba diselimuti kabut kelam, membawa kabar yang mengguncang hati. Di balik keindahan alam dan aroma dupa, dua nyawa melayang dalam kisah tragis yang berbeda. Seorang pemuda Sumba tewas dikeroyok massa di Gianyar, sementara seorang kakek ditemukan terbakar di pekarangan rumahnya di Tabanan. Apa yang sebenarnya terjadi? Di balik peristiwa ini tersimpan misteri yang menanti untuk diungkap, membuat setiap orang bertanya-tanya, bagaimana kebenaran bisa begitu pahit dan cepat menyelinap di balik ketenangan Bali yang memesona?
Pagi hari yang indah, sembari menyeruput kopi, tiba-tiba kita dikejutkan dengan kabar yang mengejutkan dari Pulau Dewata. Di balik pesona alam Bali, tersimpan kisah kelam yang tak terduga. Seorang pemuda asal Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT), Dedianus Kaliyo, menjadi korban pengeroyokan di Desa Bakbakan, Gianyar. Pria berusia 19 tahun itu meregang nyawa setelah dikeroyok oleh puluhan orang, sebuah tragedi yang menyisakan banyak tanda tanya.
Siapa Dedianus? Apa yang Terjadi?
Dedianus Kaliyo baru enam hari tinggal di Bali untuk bekerja. Dalam kesempatan itu, ia merekam keindahan upacara Melasti yang sedang berlangsung. Sebuah video yang awalnya dibuat untuk dipasang di story WhatsApp sebagai bentuk apresiasi atas kekayaan budaya Bali. Namun, kisah tragis dimulai ketika akun TikTok bernama @loghe dorih menggunakan video Dedianus dan menambahkan caption yang provokatif. Masyarakat Bali yang melihat video tersebut tersulut emosi, mengira Dedianus adalah pemilik akun tersebut.
Mengapa Dedianus Menjadi Korban?
Korban dikatakan tidak mengenal atau berhubungan dengan akun TikTok tersebut. Menurut Ketua III Flobamora Bali, Marthen Rowa Kasedu, video yang diunggah Dedianus sama sekali tidak mengandung tulisan yang menghina masyarakat Bali. Malangnya, pemilik akun @loghe dorih yang memicu amarah warga dengan mengambil video Dedianus dan menyematkan caption bernada provokasi. Sayangnya, pemuda asal Sumba itu menjadi korban salah sasaran.
Apa Langkah yang Diambil?
Hingga kini, pihak kepolisian belum memberikan konfirmasi resmi mengenai kasus ini. Keluarga korban hanya berharap keadilan ditegakkan, dan pelaku yang sebenarnya, yakni pemilik akun provokatif tersebut, segera diproses hukum. Mereka juga menegaskan bahwa Dedianus hanyalah korban dari sebuah kesalahpahaman yang mematikan.
Tragedi Lain, Sukasdi Terbakar di Tabanan
Masih di Bali, hanya berselang dua hari setelah kabar duka Dedianus, sebuah tragedi lain datang dari Tabanan. Sukasdi, seorang pria berusia 81 tahun, ditemukan tewas terbakar di pekarangan rumahnya sendiri saat sedang membakar sampah. Pagi yang cerah berubah menjadi mimpi buruk bagi keluarganya.
Bagaimana Peristiwa Ini Terjadi?
Semua bermula ketika Sukasdi sedang membakar ranting pohon di halaman belakang rumahnya. Anaknya, Purgianto, sempat memperingatkannya untuk tidak membakar sampah di siang hari karena panas dan angin yang kencang. Namun, Sukasdi mengabaikan peringatan itu. Tidak lama berselang, Purgianto yang sedang bekerja di gudang, mendapat kabar dari tetangganya, Pak Yeyet, bahwa ada benda seperti boneka yang terbakar di tempat pembakaran sampah.
Apa yang Menjadi Penyebab Kematian Sukasdi?
Saat Purgianto melihat ke tempat pembakaran, betapa terkejutnya ia mendapati bahwa yang terbakar adalah ayahnya sendiri. Warga sekitar segera membantu memadamkan api, namun nyawa Sukasdi sudah tak tertolong. Menurut Kepala BPBD Tabanan, I Nyoman Srinadha Giri, korban memang memiliki riwayat sakit dan sempat menjalani operasi di bagian kepala. Diperkirakan, korban tergelincir di area yang licin saat membersihkan pekarangan, yang kemudian berujung pada insiden tragis tersebut.
Penanganan dan Evakuasi
Begitu menerima laporan dari masyarakat, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Tabanan bersama petugas kepolisian dan masyarakat setempat langsung turun ke lokasi untuk melakukan evakuasi. Proses tersebut berjalan cepat, namun sayangnya, korban sudah dalam kondisi meninggal dunia.
Kesimpulan
Berita yang kita baca pagi ini memang mengiris hati. Pulau Bali, yang biasanya dikenal karena keindahan dan kedamaiannya, kini diwarnai dengan dua tragedi memilukan. Dari kasus pengeroyokan terhadap Dedianus hingga kematian tragis Sukasdi, keduanya mengingatkan kita akan pentingnya kehati-hatian, baik dalam memahami informasi maupun dalam menjaga keselamatan diri.
Berharap keadilan dan kedamaian segera hadir bagi keluarga korban, dan agar insiden seperti ini tidak lagi terulang di kemudian hari.
Pesan Moral dan Peringatan
Tragedi ini mengingatkan kita bahwa hidup begitu rapuh, seperti daun yang terhempas angin tanpa peringatan. Di balik keindahan Pulau Dewata yang memikat, terselip pelajaran berharga tentang kehati-hatian dalam berucap dan bertindak. Kebencian yang salah alamat dan kelalaian dalam menjaga diri dapat membawa malapetaka tak terduga. Semoga peristiwa ini menjadi peringatan bagi kita semua untuk lebih bijak dalam menyaring informasi, lebih peka terhadap sesama, dan senantiasa mengingat bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi yang jauh lebih dalam daripada yang terlihat. (yb)**
Source : beberapa sumber lokal