britaduatiga.com – Panas Bumi NTT Bersih Sampah Kupang – Saat siang menyapa Kupang dengan sinar terik penuh harapan, dua isu mencuat dalam satu waktu: energi dan kebersihan. Keduanya ternyata saling berkelindan, dan uniknya, jabatan ASN bisa jadi alat ukurnya.
Energi dari Perut Bumi
Apa yang terjadi?

Pada suatu siang yang indah di Kupang, sekelompok pemimpin berkumpul untuk memikirkan masa depan energi NTT melalui panas bumi. Area Flores dan Lembata menjadi pusat perhatian. Mereka tidak sekadar membawa data dan rencana; mereka juga membawa harapan bahwa kekuatan alam tidak akan menghalangi masyarakat untuk bertindak.
Diskusi ini, yang dipimpin langsung oleh Gubernur NTT, menyadarkan semua orang bahwa pembangunan tanpa pertimbangan dapat menghancurkan harapan rakyat. Jadi, ada keinginan untuk membentuk tim yang terdiri dari berbagai elemen untuk memperbaiki hubungan sosial yang sempat terputus akibat proyek geothermal.
Siapa yang terlibat?
Meja perundingan memiliki orang-orang dari jajaran teknis hingga pucuk pimpinan. Tujuan mereka bersama adalah masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Ini dilakukan oleh gubernur NTT, wakil gubernur, para bupati Flores, jajaran PLN, mitra pengembang geothermal, dan DLH.
Bukan Hanya Suara, Tapi Tanda Waspada
Mengapa ada penolakan?
Enam uskup dari Flores memberikan suara mereka. bukan hanya tanggapan, tetapi refleksi kekhawatiran masyarakat tentang konsekuensi sosial dan budaya dari pengembangan panas bumi. Gubernur NTT tidak menutup mata; sebaliknya, dia menyambut suara tersebut sebagai peluang untuk berbicara. “Lebih baik duduk bersama daripada berhadapan,” katanya.
Penolakan didasarkan pada harapan bahwa energi baru tidak akan menghapus nilai lama di Bumi, menjadikannya sumber kehidupan daripada ladang konflik.
Bagaimana langkah konkretnya?
Kemudian dibentuk Tim Penanganan Isu Sosial dan Teknis. Terdiri dari pemerintah, LSM, Keuskupan, dan pengembang, tim ini akan bekerja setelah Paskah 2025. Mereka akan turun ke lapangan, mendengar, mencatat, dan memberikan saran untuk tindakan yang lebih baik.
Kupang dan Sampah
Apa kaitannya jabatan ASN dan sampah?

Di satu sisi, banyak orang berbicara tentang panas bumi. Di sisi lain, Wali Kota Kupang membuat keputusan yang tak kalah mengejutkan: penanganan sampah akan menjadi standar untuk kenaikan ASN.
Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, menyatakan dengan tegas—mereka yang berhasil dalam tugas membersihkan kota akan lebih dekat dengan jabatan yang lebih tinggi. Sebaliknya, yang gagal? Jabatan bisa menjauh bak debu yang tersapu angin.
Siapa yang diawasi?
Sekarang, setiap ASN yang bergabung dalam Satgas Penanganan Sampah berada di bawah perhatian. Setiap hari, wali kota menilai mereka sebagai pejuang garis depan, bukan hanya petugas. Bahkan komunikasi langsung melalui pesan harian telah berkembang menjadi budaya.
“Ini berkat, tapi juga bisa jadi musibah,” kata Wali Kota. Frase yang menggetarkan, karena di balik tumpukan sampah ada karier yang dipertaruhkan.
Infrastruktur Sampah, Sudah Siapkah?
DLHK Kota Kupang telah menyatakan kesiapan. Namun, masih memiliki keterbatasan. Dari 43 truk pengangkut, hanya 26 yang masih beroperasi, dan hanya 58 dari 68 kontainer yang masih beroperasi saat ini. Meskipun demikian, optimisme terus meningkat.
Kebijakan ini dianggap sebagai inovasi baru, kata Imanuel Menoh, Kepala Bidang Percepatan dan Penanganan Sampah DLHK. Dia berpendapat bahwa masalah yang luar biasa memerlukan tindakan yang luar biasa.
✨ Antara Panas Bumi dan Aroma Sampah
Apa maknanya bagi kita?
Sampah dan panas bumi mungkin terdengar sangat berbeda. Namun, keduanya berbicara tentang kewajiban terhadap bumi dan manusia. Energi dan kebersihan di NTT bukan lagi masalah teknis. Mereka berfungsi sebagai ladang ujian bagi para pemimpin, ASN, dan seluruh masyarakat.
Pesan edukasi
Jika panas bumi menuntut percakapan sosial, maka sampah menuntut tindakan sehari-hari. Dan jika sampah dapat menaikkan atau menurunkan jabatan, kita sedang belajar bahwa jabatan bukan lagi tentang gelar, tetapi integritas.
Kesimpulan dan Ajakan

Selama siang yang panas di Kupang, dua orang sedang berjuang untuk menyelamatkan alam dan menjaga kota tetap bersih. Aroma dari tempat sampah dan energi dari perut bumi menyampaikan satu hal: perubahan tidak menunggu persiapan, tetapi menuntut keberanian.
Mari jaga bumi dari panas yang menghanguskan, dan kota dari sampah yang menggunung. Karena masa depan tak akan datang dari keluhan, tetapi dari tindakan.
“Hidup yang tidak pernah diuji, tidak layak untuk dijalani.” – (bd)**