Takbiran dan Semangat Ekonomi
britaduatiga.com – Takbiran Jadi Bukti Kupang Kota Kasih – Saat siang merangkak naik, tanda tanya menggantung di langit Kupang. Akankah malam ini kembali membuktikan bahwa Kupang adalah kota kasih? Jawabannya hadir dalam gemuruh takbir yang menggema, menjadi bukti nyata bahwa toleransi hidup dan berdampingan di sini bukan sekadar kata-kata. Di tengah semarak malam takbiran, Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, memberikan pesan mendalam bukan hanya tentang kebersamaan, tetapi juga tentang bagaimana anggaran harus digunakan dengan bijak untuk kemajuan kota.
Widodo Sentil Duit Jalan-Jalan

Di hadapan pengurus baru Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Kupang, Rabu (26/3/2025), Wali Kota Widodo menegaskan bahwa anggaran harus dimanfaatkan untuk kemajuan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), bukan sekadar untuk perjalanan dinas.
“Saya titip supaya kita tidak lagi menghabiskan uang untuk jalan-jalan, tapi kita habiskan untuk promosi,” tegasnya, mengundang tepuk tangan dari para hadirin.
Widodo juga menyoroti kebiasaan lama dalam sistem ‘titip’ kain tenun, di mana produk UMKM baru dibayar setelah laku terjual. Menurutnya, pola ini harus diakhiri demi kesejahteraan para perajin. “Ambil dan bayar memang, terus jual. Yang beli juga tidak boleh pakai hutang, termasuk ASN Pemerintah Kota Kupang,” ujarnya.
Sebagai langkah konkret, Wali Kota Kupang telah berkoordinasi dengan Gubernur DKI Jakarta untuk menjalin kerja sama dalam pemasaran kain tenun. Nantinya, setiap ada pameran di Jakarta, Dekranasda Kota Kupang akan diundang untuk memamerkan hasil tenun terbaik dari Nusa Tenggara Timur.
Simbol Toleransi Kota Kasih

Tak hanya soal ekonomi, malam takbiran juga menjadi cerminan keharmonisan Kota Kupang. Dalam acara “Kupang Bertakbir” yang berlangsung Minggu (30/3/2025), Wali Kota Widodo menegaskan bahwa takbiran bukan hanya perayaan keagamaan, tetapi juga bagian dari wisata religi yang bisa menggerakkan roda ekonomi.
“Manakala orang berkumpul, tercipta kehidupan UMKM yang bisa maju,” ungkapnya.
Baginya, takbiran adalah malam penuh keberkahan, tempat di mana masyarakat saling menguatkan. “Malam ini kita jadikan malam bersama, saling menolong, saling membantu, untuk mewujudkan Kota Kupang yang sejahtera.”
Widodo pun mengutip kata-kata Gus Dur, bahwa moral suatu bangsa tercermin dari kemampuannya untuk memaafkan dan saling membantu. Ia menegaskan bahwa lima tahun ke depan, pemerintahannya akan bersikap lembut dalam cara, tetapi tegas dalam tujuan.
Kolaborasi dan Perubahan
Dengan penuh optimisme, Christian Widodo memastikan bahwa Pemkot Kupang siap berkolaborasi dengan semua pihak, termasuk umat Muslim, dalam membangun kota yang lebih baik. Ia bahkan menginstruksikan bahwa setiap ASN yang ingin membeli kain tenun harus membelinya melalui Dekranasda, demi mendukung perajin lokal.
Pawai takbiran pun dilepas dengan penuh semangat. Suasana begitu meriah, dengan variasi penampilan yang menggambarkan keberagaman budaya dan tradisi masyarakat Kupang.
Bersama Membangun Kota Kasih
Takbiran bukan sekadar gema takbir yang membahana, tetapi bukti nyata bahwa Kupang adalah kota kasih yang menjunjung tinggi toleransi. Pesan Wali Kota Widodo menjadi alarm bagi semua pihak, bahwa anggaran bukan untuk kesenangan pribadi, tetapi untuk kepentingan bersama.
Perubahan tidak datang hanya dari kata-kata, tetapi dari aksi nyata. Mari terus bergerak maju, karena perjuangan tak mengenal kata menyerah. Kupang, kota kasih, mari kita jaga dan bangun bersama! Saat semua bekerja dengan hati, kemakmuran akan mengikuti. – (bd)**