Demi Paus Fransiskus, Peziarah Papua Nugini Rela Jalan Kaki, Sementara Peziarah Indonesia Mandiri Masuk Lewat PLBN Motaain
Menyimak Antusiasme Para Peziarah
britaduatiga.com, peziarah Papua Nugini Rela Jalan Kaki – Di bawah langit yang cerah pada pagi hari, banyak orang mulai membuka media sosial mereka, menyimak berbagai berita yang mengalir. Salah satu kabar yang mencuri perhatian adalah kisah luar biasa para peziarah dari Papua Nugini dan Indonesia yang rela menempuh perjalanan panjang demi bertemu dengan Paus Fransiskus. Antusiasme yang begitu besar membuat mereka rela menghadapi segala tantangan, baik itu berjalan kaki berhari-hari maupun menyeberang perbatasan negara.
Peziarah Papua Nugini, Perjalanan Panjang Penuh Pengorbanan
Para peziarah dari Papua Nugini menunjukkan keteguhan hati yang luar biasa. Mereka rela berjalan kaki selama berminggu-minggu menuju ibu kota Port Moresby hanya untuk bertemu dengan Paus Fransiskus yang sedang melakukan kunjungan apostolik. Jalan setapak yang berliku, hutan lebat, dan pegunungan rimbun tak menghalangi semangat mereka.
Lebih dari 43 orang telah menempuh perjalanan dari pantai utara ke selatan, melintasi lebih dari 200 kilometer. Mereka datang dari berbagai daerah, termasuk Sophie Balbal yang menempuh perjalanan dari pulau New Britain untuk mewakili sekelompok ibu-ibu. “Ini adalah pertama kalinya saya naik pesawat dan datang ke Port Moresby. Apa pun pesan yang beliau sampaikan, saya akan bawa pulang untuk disampaikan kepada semua ibu di paroki kami,” ungkapnya penuh haru.
Sambutan Hangat untuk Sang Paus
Saat tiba di Bandara Internasional Port Moresby Jackson, Paus Fransiskus disambut meriah oleh barisan kehormatan militer, Wakil Perdana Menteri John Rosso, dan para uskup setempat. Kehadirannya di Papua Nugini dipandang sebagai berkah, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan yang melanda negara tersebut. Dari masalah lingkungan hingga kekerasan suku yang kerap terjadi, kunjungan Paus diharapkan dapat membawa pesan perdamaian dan harapan baru.
Seperti di Indonesia, Paus Fransiskus memilih untuk mengendarai mobil sederhana, kali ini Toyota Raize berwarna putih dengan plat nomor SCV 1, melanjutkan kesederhanaannya di tengah sambutan hangat ribuan umat.
Peziarah Mandiri Melintasi PLBN Motaain
Sementara itu, di perbatasan Indonesia-Timor Leste, tepatnya di PLBN Motaain, para peziarah mandiri dari Indonesia juga tak kalah semangat. Mereka memilih berangkat lebih awal untuk menghindari kepadatan menjelang kunjungan Paus Fransiskus ke Timor Leste pada 9-11 September 2024.
Kepala PLBN Motaain, Maria Fatima Rika, menjelaskan bahwa sejak awal September, lebih dari 50 peziarah mandiri telah melintasi perbatasan. Kebanyakan dari mereka adalah biarawati yang sudah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk barcode untuk akses masuk ke Timor Leste. ‘Untuk mengantisipasi lonjakan jumlah pengunjung pada puncak perayaan, banyak peziarah yang memilih memulai perjalanan mereka lebih dini, jauh sebelum tanggal 9 dan 10 September,’ jelas Rika.
Pihak PLBN Motaain juga telah melakukan berbagai koordinasi dengan pihak keamanan, imigrasi, dan pihak terkait lainnya untuk memastikan kelancaran perjalanan para peziarah.
Harapan Baru di Tengah Perjalanan Panjang
Perjalanan panjang para peziarah ini menjadi simbol dari keteguhan iman dan harapan yang mereka bawa dalam hati. Dalam setiap langkah, ada doa dan harapan untuk mendengar pesan damai dari Paus Fransiskus. Baik peziarah dari Papua Nugini yang rela berjalan kaki selama berminggu-minggu, maupun peziarah mandiri dari Indonesia yang menyeberang perbatasan, semua memiliki satu tujuan yang sama: bertemu dengan Sang Paus, pemimpin spiritual yang telah menyentuh hati jutaan umat di seluruh dunia.
Kehadiran Paus Fransiskus di Papua Nugini dan Timor Leste bukan hanya menjadi momen bersejarah, tetapi juga menjadi harapan baru bagi umat di kedua negara ini, membawa pesan perdamaian dan cinta kasih yang melintasi batas-batas wilayah dan budaya.
Pesan Moral
Peziarahan ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap langkah panjang yang ditempuh dengan ketulusan, ada makna mendalam yang menyentuh hati. Bukan sekadar pertemuan fisik dengan Paus Fransiskus yang menjadi tujuan akhir, tetapi perjalanan penuh pengorbanan ini menegaskan betapa kuatnya iman dan cinta kepada Tuhan. Di setiap langkah kaki yang lelah, di setiap doa yang terucap, kita diingatkan bahwa jalan menuju kebaikan selalu memerlukan pengorbanan dan ketekunan. Seperti para peziarah Papua Nugini dan Indonesia, semoga kita pun selalu teguh melangkah, meski dihadapkan pada rintangan, karena pada akhirnya, setiap langkah kecil kita adalah bagian dari perjalanan menuju rahmat yang lebih besar. (yb)**