Arema vs Oxford, Saat Taktik Keras Berujung Tangis
Bola & Sport, britaduatiga.com – Arema vs Oxford – Saat pagi menyapa dengan senyum mentari, dunia sepak bola dikejutkan oleh duel panas antara Arema vs Oxford. Bukan cuma skor yang jadi bahan perbincangan, tapi juga cerita pilu di balik kemenangan. Seperti kopi hitam pagi hari pahit tapi bikin melek, begitu juga laga ini: keras, penuh tensi, dan mengandung pelajaran penting tentang arti perjuangan dan pengorbanan.
Oxford Tampil Garang, Arema Tak Berkutik
Di bawah langit Bandung yang sempat gulita karena lampu padam, duel Arema vs Oxford memanas lebih cepat dari biasanya. Baru menit ke-6, Przemyslaw Placheta langsung membuka skor untuk Oxford United. Belum sempat Aremania tarik napas, dua menit kemudian giliran Ole Romeny yang mencetak gol dengan tenang Oxford unggul 2-0 hanya dalam waktu delapan menit.

Namun, kecepatan tak selalu berakhir manis. Tiga menit usai mencetak gol, Romeny harus meregang kesakitan usai ditekel keras Paulinho Mocellin. Engkel kanan Romeny jadi sasaran, dan wajah striker Timnas Indonesia itu langsung berubah dari semangat jadi rintih tertahan.
Ole Romeny Dari Pahlawan Jadi Korban
Pada menit ke-13, suasana berubah. Lampu memang sudah nyala, tapi cahaya di langkah Romeny mulai redup. Sang penyerang harus diganti di menit ke-17. Louie Sibley masuk, tapi rasa kehilangan tetap terasa. Romeny yang baru saja jadi bintang, kini harus ditandu keluar lapangan. Pedih, tapi begitulah sepak bola: penuh kejutan, tak melulu tentang skor.
Garry Rowett, sang manajer Oxford, mengaku pertandingan kali ini keras banget. “Ini laga yang sangat fisikal,” katanya. Walau menang 4-0, dia tidak menutup mata bahwa taktik keras Arema bikin anak-anak asuhnya harus kerja dua kali lebih keras baik secara teknik maupun hati.
Taktik Keras Arema, Kemenangan Mahal Oxford
Selain dua gol cepat, Oxford menambah dua gol lagi. Leo Snowden mencetak gol ketiga di penghujung babak pertama (45+3), lalu Gatlin Odonkor menutup pesta dengan sundulan maut di menit ke-70. Skor 4-0 telak dan penuh dominasi.
Tapi kemenangan ini punya harga. Cedera Romeny bikin atmosfer kemenangan sedikit sendu. Oxford memang berhasil mengunci tiket final, namun kehilangan pemain kunci bukan hal yang bisa dirayakan.
Mark Brannagan, pemain Oxford lainnya, jujur mengaku ini bukan pertandingan yang mudah. “Arema main keras, bukan cuma strategi tapi fisiknya juga. Tapi kami bisa adaptasi, dan itu kunci kemenangan,” ucapnya dengan nada puas campur waspada.
Final Menanti Oxford vs Port FC, Tapi Tanpa Romeny?

Setelah pesta gol 4-0 atas Arema, Oxford United resmi melaju ke partai puncak Piala Presiden 2025. Lawan mereka bukan tim sembarangan Port FC dari Thailand, sang raja Grup B yang tampil konsisten dengan dua kemenangan meyakinkan atas Persib Bandung (2-0) dan Dewa United (2-1). Pertarungan final ini bisa dibilang bak laga klasik Asia-Eropa, di mana gaya permainan cepat dan agresif khas Oxford akan beradu dengan permainan disiplin dan efektif ala Port FC.
Tapi satu pertanyaan besar menggantung di udara seperti kabut pagi: Apakah Oxford akan tampil tanpa Ole Romeny di final?
Ole bukan sekadar pemain depan biasa—dia adalah motor serangan, pembuka ruang, dan penyelesaian akhir yang bikin pertahanan lawan ketar-ketir. Cedera engkel yang dideritanya akibat tekel keras Paulinho jelas jadi alarm merah bagi skuad Oxford. Meski manajer Garry Rowett belum memberi kepastian, situasi Romeny dipantau ketat oleh tim medis. Kalaupun dia tampil, besar kemungkinan tidak dalam kondisi 100%.
Tanpa Romeny, Oxford dipaksa memutar strategi. Beban kreatif akan berpindah ke pemain seperti Placheta, Sibley, dan Odonkor. Ketiganya sudah menunjukkan kualitas, tapi atmosfer final tetap berbeda—mentalitas dan chemistry jadi kunci.
Di sisi lain, Port FC datang dengan amunisi lengkap dan moral tinggi. Mereka tampil solid di fase grup, mencetak empat gol dan hanya kebobolan satu. Kelebihan mereka ada di konsistensi dan ketenangan menghadapi tekanan. Mereka bukan tim yang banyak gaya, tapi tahu kapan harus menusuk dan kapan harus bertahan rapat.
Oxford mungkin unggul di agresivitas dan pengalaman di laga keras, tapi Port FC unggul di keseimbangan dan stamina. Tanpa Romeny, laga ini akan jadi ujian mental bagi The Yellows. Bukan soal siapa lebih jago, tapi siapa yang lebih siap.
Semangat Juang Lebih dari Sekadar Skor
Laga Arema vs Oxford ini bukan cuma soal siapa menang siapa kalah. Ini tentang keberanian. Tentang bagaimana sebuah tim dari Inggris datang ke Indonesia, beradaptasi dengan cuaca, gaya main keras, dan bahkan lampu padam tapi tetap mampu menunjukkan karakter.
Dan untuk Arema? Meski kalah, mereka menunjukkan semangat bertarung khas Malang. Kadang kemenangan bukan soal angka di papan skor, tapi tentang tidak menyerah meski tertinggal.
Bangkit, Bertarung, dan Tersenyum Lagi

Dari laga ini kita belajar satu hal penting: kemenangan yang sejati bukan hanya tentang mencetak gol, tapi tentang bertahan dalam tekanan, bangkit dari jatuh, dan tetap melangkah walau tertatih.
Oxford boleh tertawa, Arema boleh kecewa, tapi pagi akan tetap datang, dan semangat juang akan tetap menyala.
Ayo dukung terus sepak bola Indonesia! Karena dari lapangan, kita belajar arti kerja keras, sportivitas, dan mimpi yang tak pernah padam.
“Jangan pernah menyerah hanya karena satu tekel keras. Kadang, luka hari ini adalah alasan kamu jadi lebih kuat besok.” – (bd)**