Penatua Kristen di Tiongkok Dihukum 5 Tahun
Britaduatiga.com, Internasional – Penatua Kristen di Tiongkok Dihukum 5 Tahun – Dalam hembusan angin pagi yang lembut, terbitlah berita yang menggugah hati dari Tiongkok. Seorang penatua Kristen, sosok yang dikenal tegar dan penuh kasih, harus menghadapi kenyataan pahit ketika pengadilan menjatuhkan hukuman lima tahun penjara kepadanya. Dalam suasana sarapan hangat dan alunan musik yang menenangkan, kita diajak merenungkan bagaimana keadilan dan iman bertarung dalam perjalanan hidupnya yang penuh liku. Apakah ini akhir dari perjuangannya, atau justru awal dari kisah heroik yang lebih besar?
Latar Belakang Kasus
Dalam suasana pagi yang cerah, ditemani musik indah dan sarapan pagi hangat, berita mengejutkan datang dari Tiongkok. Pengadilan di Guiyang, ibu kota Provinsi Guizhou, telah menjatuhkan hukuman lima tahun penjara kepada Penatua Zhang Chunlei dari Gereja ReformasiRen’ai Guiyang. Tuduhan yang dikenakan adalah” pemberontakan kekuasaan negara” dan” penipuan,” menurut laporan dari Christian Solidarity Worldwide( CSW) yang berbasis di Inggris.
Peristiwa Penahanan dan Tuduhan
Penatua Zhang, yang dikenal sebagai pemimpin agama Kristen yang berdedikasi, pertama kali ditahan pada 16 Maret 2021 setelah mengunjungi kantor polisi setempat. Ia datang untuk menanyakan keberadaan 10 anggota gereja yang ditangkap saat polisi menggerebek sebuah properti pribadi tempat retret gereja diadakan. Penahanan tersebut berkembang menjadi dakwaan penipuan pada 1 Mei 2021, yang kemudian diperburuk dengan tuduhan” menghasut untuk menumbangkan kekuasaan negara” pada Januari 2022.
Kondisi Kesehatan yang Memburuk
Selama masa tahanan, kesehatan Zhang memburuk secara signifikan. Awalnya dalam kondisi sehat, Zhang kemudian mengalami kolesistitis dan harus dirawat di rumah sakit pada Agustus 2023. Ia menerima perawatan intravena selama lebih dari 20 hari sebelum didiagnosis menderita sirosis hati. Meskipun kondisinya kritis, Zhang dikembalikan ke penjara tanpa perawatan medis yang memadai.
Proses Pengadilan dan Hukuman
Dalam persidangan yang diatur dengan ketat dan terbatas, hanya istri Zhang, Yang Aiqing, yang diizinkan hadir. Pengadilan Menengah Rakyat Guiyang memutuskan bahwa Zhang akan menjalani hukuman tiga tahun enam bulan atas tuduhan pemberontakan, ditambah dua tahun untuk tuduhan penipuan, dengan integral hukuman lima tahun penjara. Hukuman ini mencakup waktu yang telah dihabiskan Zhang dalam tahanan, sehingga tanggal pembebasannya ditetapkan pada 16 Maret 2026.
Pengadilan juga memerintahkan Zhang untuk membayar pemulihan sebesar14.400 yuan( sekitar$2.000) untuk pelanggaran penipuan, serta denda tambahan sebesar5.000 yuan($ 700).
Reaksi dan Kritik
Mervyn Thomas, pendiri CSW, dengan keras mengkritik tuduhan dan hukuman terhadap Zhang. “ Tuduhan terhadap Penatua Zhang Chunlei sama sekali tidak berdasar. Dia seharusnya tidak menghabiskan tiga tahun terakhir di tahanan atas tuduhan itu dan dia seharusnya tidak dijatuhi hukuman penjara lebih lama lagi, ” kata Thomas. Ia menyerukan pembebasan Zhang segera dan tanpa syarat, serta menuntut ganti rugi atas penderitaan yang dialami Zhang dan keluarganya.
Penganiayaan Terhadap Kristen di Tiongkok
Hukuman berat yang dijatuhkan kepada Zhang merupakan bagian dari program yang lebih luas di bawah pemerintahan Presiden Xi Jinping. Kebijakan tersebut bertujuan untuk memaksa semua gereja Protestan agar bergabung dengan Gereja Tiga- Mandiri yang disahkan negara, membatasi independensi mereka, dan menyelaraskan ajaran mereka dengan ideologi komunis.
Menurut Open portals, yang memantau penganiayaan terhadap umat Kristen di seluruh dunia, penganiayaan di Tiongkok termasuk peraturan ketat dan pengawasan digital yang ditingkatkan, yang secara khusus menargetkan” gereja rumah” yang tidak terdaftar. Penganiayaan juga terjadi di wilayah yang didominasi agama Buddha atau Islam, di mana orang- orang yang berpindah ke Kristen berada di bawah ancaman serius.
Kesimpulan
Kasus Penatua Zhang Chunlei mencerminkan tantangan besar yang dihadapi oleh umat Kristen di Tiongkok. Meskipun kondisi kesehatannya memburuk, ia tetap tegar menjalani hukuman. Keputusan pengadilan dan tindakan penindasan ini memicu reaksi keras dari komunitas internasional, yang menyerukan pembebasan dan keadilan bagi Zhang dan umat Kristen lainnya yang mengalami penganiayaan di Tiongkok.